Profil Desa


Mengingat sejarah Desa Kanigoro adalah identik dengan cerita – cerita mistik yang mewarnai terjadinya nama sebuah Desa Kanigoro ini, berawal dari legenda yang dahulu kala sebelum  nama desa ini dengan sebutan “KANIGORO” adalah sebuah kampung pemukiman bernama JURUG ” yang mana jarak 2.300 meter kearah timur kampung Jurug terdapat sebuah pohon yang namanya: POHON KANIGORO” adalah sebuah pohon kehidupan berdiri dengan diameter 45 meter dengan tinggi 2.300 meter menjulang kelangit, yang didekatnya ada seorang pertapa sakti bernama Eyang Iro Kusuma,yang memohon petunjuk terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa sehubungan adanya pohon kehidupan dimana orang yang meninggal diletakkan dibawah pohon tersebut hidup kembali, apalagi orang yang sakit seketika bisa sembuh, dalam hati sang pertapa bagaimana bumi ini bias menampung umat manusia apabila tidak ada orang yang meninggal, akhirnya sang pertapa mendapatkan petunjuk dari Sang Pencipta Buma, Langit dan seisinya agar menebang pohon tersebut. Sang pertapa pun melaksanakan apa yang menjadi petunjukNya bergegas menebang pohon yang menjulang kelangit tersebut, akan tetapi pohon yang berdiameter 45 meter ini sudah ditebang dan serasa putus tetapi tidak tumbang juga, tak lama kemudian muncul sosok seorang Begawan atau Resi tanpa menyebut nama hanya datangnya dari arah timur sehingga masyarakat sekitar menyebut nama dengan sebutan “Eyang Wetan”  yang mencoba membantu merobohkan pohon tersebut. Dengan kesaktiannya yang luar biasa Sang Resi tahu bahwa pohon tersebut secara gaib diikat dengan Penjalin Bang ( nama pengikat ) dari Puncak Merapi oleh eyang yang sakti bernama Eyang Bobok, agar dapat tumbang pohon tersebut tidak hanya dengan kekuatan fisik saja tetapi harus dengan kekuatan spiritual yang lebih tinggi dari Eyang Bobok. Pohon tersebut akhirnya bisa tumbang dan pohon tersebut ujungnya sampai di kampung jurug, untuk mengenang sebuah pohon besar tersebut sehingga diganti dengan nama  Kanigoro.
( Petilasan Eyang Iro Kusuma, Kebo Kanigoro, Eyang Among Rogo ada di makom Dong Miri Desa Kanigoro, Sedangkan Eyang Wetan petilasannya ada di Dusun Kanigoro, Eyang Bobok petilasan ada di Blok Bobok Desa Planjan )
Sejarah Desa Kanigoro juga identik dengan nama salah satu abdi kerajaan terbesar di tanah Jawa yang pernah singgah di Desa ini yaitu kerajaan Majapahit  ( abdi tersebut bernama KEBO KANIGORO ) yang mempunyai raja terkenal Raden Brawijaya V.
Yang pada pelarian Brawijaya V sewaktu dikejar Raden Patah, konon cerita sampai di tepi pantai Ngobaran, Desa Kanigoro. Kedua abdi setia R. Brawijaya  disamping Sabdo Palon dan Naya Genggong yang ikut mengawal pelarian tersebut adalah abdi Kebo Kenongo dan Kebo Kanigoro, abdi tersebut berjaga disebuah hutan yang dahulu kala sebagai hutan yang penuh mistik karena keberadaan para pertapa dan banyak pohon – pohon yang sangat besar, untuk menjaga apakah pelariannya diikuti bala tentara Raden patah.
R. Brawijaya berada di hutan pinggir Pantai Ngobaran yang terdapat sumber air tawar, para sentono dalem yang ikut melarikan diri dibuatkan tempat khusus sehingga sampai sekarang pantai tersebut bernama Pantai Sentono, sedang disebelahnya adalah tempat sang raja untuk para abdi menghadap ( istilah jawa adalah Sebo ) sehingga pantai tersebut bernama Pantai Paseban , tidak ketinggalan sang raja membuat tempat khusus untuk merawat barang pusaka aji agar lebih mempunyai Pamor sehingga tempat tersebut bernama Pantai Pamoran .
Kembali kepada para abdi setia yang berjaga tadi, singkat cerita R, Patah akhirnya sampai juga ke Pedukuhan Gebang, Desa Kanigoro yang diikuti Sunan Kalijaga, secara kebetulan masyarakat baru melaksanakan acara tradisi Rasulan, yang mana akan diadakan pertunjukan wayang kulit, namun sang dalang yang diundang warga tidak bisa hadir sehingga masyarakat resah. Pada saat itulah Raden Patah menawarkan jasa untuk menjadi dhalang, dan masyarakat menerima. Karena letak ngobaran tidak jauh dengan Dusun Gebang, R. Brawijaya pun melihat dari belakang layar, pada saat itulah R. Brawijaya tahu kalau yang menjadi dhalang adalah putranya R. Patah begitu pula dengan R. Patah juga tahu bahwa ayahnya berada di balik layer (kelir). Menyadari kalau dalam pelariannya selalu dikejar putranya, sang raja pun memutuskan untuk membakar hutan tersebut supaya nampak sang raja membakar diri, seketika hutan tersebut manjadi kobaran api sehingga tempat itu dinamakan Ngobaran . Para kerabat dan Sang Permaisuri pura – pura menangis ditepi tebing pantai yang air matanya jatuh menetes di tebing menjadi pohon Drini yang biasa digunakan sebagai bahan rangka keris, api berkobar menjulang tinggi dan diketahui kedua abdi Kebo Kenongo dan Kebo Kanigoro yang berjaga dari kejauhan dipastikan sang raja membakar diri sehingga abdi tersebut memutuskan untuk pertapa ditempat  pertapa Eyang Iro Kusuma yang dekat dengan bekas pohon Kanigoro dan diyakini warga sekitar kedua abdi tersebut melanjutkan perjalanannya begitu pula secara terpisah sang Brawijaya beserta kerabatnya melanjutkan perjalanannya

1 komentar: